Postingan

Menampilkan postingan dengan label Iklim dan Lingkungan

Menjaga nafas hutan Bukit Soeharto: Catatan sosialisasi KHDTK Universitas Mulawarman

Gambar
  Jalan poros yang terlupakan Sejak jalan tol Samarinda–Balikpapan resmi dibuka Agustus 2021, saya hampir tidak pernah lagi melewati jalan poros lama yang menghubungkan kedua kota. Jalan tol memang menawarkan kecepatan dan kenyamanan, tetapi hari ini, 4 Desember, saya kembali melintasi jalur poros bersama tim dari Pusrehut Universitas Mulawarman menuju Stasiun Penelitian Hutan Tropis Lembab di pertengahan jarak Samarinda-Balikpapan . Perjalanan singkat itu itu justru membuka mata saya pada kenyataan pahit: di sepanjang pinggir jalan, hutan kawasan Bukit Soeharto yang dulu rimbun kini tampak semakin banyak ditebangi. Bukit Soeharto bukan sekadar hamparan pepohonan. Ia adalah kawasan hutan pendidikan dan penelitian Universitas Mulawarman (Unmul), sebuah laboratorium alam yang menyimpan kekayaan biodiversitas tropis. Kawasan itu disebut KHDTK (Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus). Melihat batang-batang pohon tumbang dan lahan yang terbuka, hati saya tercekat. Ada rasa kehilangan ya...

Harapan di Jantung Amazon, Kekecewaan di Meja Perundingan: Ulasan Lengkap COP30 Belém

Gambar
Hutan hujan Amazon yang lembap dan riuh baru saja menjadi saksi bisu dari salah satu perhelatan diplomasi terbesar abad ini. Selama dua pekan terakhir (10–21 November 2025), kota Belém, Brasil , berubah menjadi pusat gravitasi dunia. Para pemimpin negara, ilmuwan, aktivis, dan masyarakat adat berkumpul untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30). Ekspektasi yang digantungkan pada "Forest COP" ini sangat tinggi. Brasil, di bawah kepemimpinan Presiden Lula da Silva , berjanji untuk menjadikan konferensi ini sebagai titik balik; momen di mana dunia akhirnya berhenti berperang melawan alam. Namun, saat tenda-tenda dibongkar dan delegasi pulang hari ini, perasaan yang tertinggal adalah campuran antara optimisme yang hati-hati dan frustrasi yang mendalam. Kita memiliki mekanisme bersejarah untuk hutan, tetapi kita masih tidak memiliki rem darurat untuk bahan bakar fosil . Berikut adalah analisis mendalam mengenai apa yang berhasil diraih, dan di mana dunia kembali gag...

Gereja Memberikan Moralitas yang Jelas: Seruan Paus Leo XIV Kepada Konferensi Iklim COP30 di Brazil

Gambar
Konferensi Para Pihak (COP) ke-30 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim , yang diadakan di Belém do Pará, Brasil , di gerbang Hutan Hujan Amazon , bukan sekadar pertemuan diplomatik. Bagi Gereja Katolik , ini adalah momen kairos , waktu yang krusial dan menentukan secara moral dan spiritual, untuk menghadapi krisis iklim yang semakin parah. Seruan dari Takhta Suci, yang disampaikan secara tegas oleh Paus Leo XIV , bersama dengan suara kolektif para Uskup dari Global Selatan ( Global South ) , menempatkan isu keadilan iklim dan pertobatan ekologis sebagai inti dari agenda global. Pesan Paus Leo XIV, yang melanjutkan warisan "Bapa Hijau"  Paus Fransiskus , yang diwariskan melalui ensiklik  Laudato Si , menggema di lorong-lorong COP30:  " Ciptaan sedang menjerit ." Tiga Pilar Seruan Gereja Katolik: Dari Hati ke Aksi Seruan Gereja Katolik menjelang dan selama COP30 dapat diringkas dalam tiga pilar utama yang saling terkait: pengakuan realitas, keadi...

"Hutan kami bukan untuk dijual": Protes masyarakat adat pada COP30 di Belém, Brazil

Gambar
Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) yang berlangsung di Belém, Brasil, menjadi salah satu momen paling menentukan dalam sejarah diplomasi iklim. Untuk pertama kalinya, pertemuan global ini digelar di kawasan Amazon—paru-paru dunia yang menyimpan harapan sekaligus ancaman bagi masa depan iklim planet ini. Protes masyarakat adat: “Hutan kami bukan untuk dijual” Protes masyarakat adat di COP30 (Sumber: CCN) Pada 11 November 2025, puluhan demonstran—sebagian besar dari komunitas adat—memaksa masuk ke pusat konferensi. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Our forest is not for sale” dan menuntut penghentian eksplorasi minyak serta penambangan ilegal di Amazon. Bentrok dengan petugas keamanan tak terhindarkan. Dua penjaga dilaporkan mengalami luka ringan, sementara kerusakan kecil terjadi di area konferensi. Pesan utama mereka jelas: demarkasi wilayah adat adalah kebijakan iklim yang nyata. Seorang pemimpin adat Tupinamba, Nato, menyatakan: “Kami tidak bisa makan uang. Kami ingin ta...

Konferensi Iklim COP30 di Belém Brazil: 10 tahun pasca Paris Agreement dan agenda krusial

Gambar
Satu dekade yang lalu, pada tahun 2015, dunia bersatu di Paris, menandatangani sebuah kesepakatan iklim monumental: Paris Agreement . Dengan janji ambisius untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 2°C, dan target ideal 1,5°C di atas tingkat pra-industri, kesepakatan ini memancarkan harapan akan masa depan yang lebih hijau. Namun, sepuluh tahun berlalu, realitas justru semakin menantang. Tahun 2024 mencatat suhu rata-rata global melampaui 1,55°C, diiringi oleh bencana iklim yang kian intens di seluruh dunia. Dalam konteks ini, Konferensi Para Pihak ke-30 (COP30) di Belém, Brasil , pada 10-21 November 2025 hadir bukan hanya sebagai peringatan satu dekade, tetapi sebagai panggung krusial untuk menentukan langkah nyata demi masa depan iklim global. Belém: Simbol perjuangan di gerbang Amazon Pemilihan Belém, kota di tepi hutan Amazon , sebagai tuan rumah COP30 adalah pesan simbolis yang kuat. Amazon, sebagai paru-paru dunia, krusial bagi penyerapan karbon, namun terus terancam oleh ...

Ketika Afrika Mengubah Narasi Iklim Dunia: Deklarasi Africa Climate Summit 2025

Gambar
Pada tahun 2023, dunia menyaksikan lahirnya Nairobi Declaration dalam Africa Climate Summit pertama (ACS1). Deklarasi itu adalah seruan lantang dari benua yang selama ini menjadi korban perubahan iklim, namun jarang diberi ruang dalam pengambilan keputusan global. Dua tahun kemudian (8-10 September 2025), pada ACS2 di Addis Ababa, Afrika tidak lagi berbicara sebagai korban. Ia berbicara sebagai pemimpin. Pada tahun 2023, dunia menyaksikan lahirnya  Nairobi Declaration  dalam  Africa Climate Summit  pertama (ACS1). Deklarasi itu adalah seruan lantang dari benua yang selama ini menjadi korban perubahan iklim, namun jarang diberi ruang dalam pengambilan keputusan global. Dua tahun kemudian (8-10 September 2025), pada ACS2 di Addis Ababa, Afrika tidak lagi berbicara sebagai korban. Ia berbicara sebagai pemimpin. Addis Ababa Declaration  yang diadopsi pada September 2025 bukan sekadar kelanjutan dari Nairobi. Ia adalah pergeseran paradigma. Ia menandai transisi ...

Laut berteriak, ini jawaban dari Konferensi Kelautan di Nice 2025

Gambar
Lautan kita sedang berteriak minta tolong. Dari tumpukan 11 juta ton plastik yang mencekik kehidupan laut setiap tahun, stok ikan yang menipis hingga 90%, hingga terumbu karang yang memutih akibat pemanasan global. Krisis ini bukan lagi sekadar data di laporan ilmiah, melainkan ancaman nyata bagi pangan, iklim, dan kelangsungan hidup miliaran manusia. Menjawab panggilan darurat ini, para pemimpin dunia, ilmuwan, aktivis, dan pelaku industri berkumpul di Nice, Prancis, untuk Konferensi Kelautan PBB (9-13 Juni 2025). Tujuannya bukan sekadar berdiskusi, tetapi memetakan jalan keluar dari krisis. Setelah bertahun-tahun janji yang tak kunjung terwujud, apakah konferensi ini mampu memberikan hasil nyata? Berikut adalah poin-poin kunci yang lahir dari pertemuan penting di pesisir Mediterania ini. 1. Deklarasi Nice: Janji Politik untuk Aksi Bersama Konferensi ini tidak menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum, tetapi melahirkan Deklarasi Nice . Ini adalah sebuah komitmen poli...

Poin frustrasi dari COP28 Dubai 2023

Gambar
Dalam tulisan terdahulu telah ditunjukkan beberapa hasil positif dari Konferensi Para Pihak PBB "COP28" di Dubai Uni Emirat Arab. Satu dari hasil tersebut adalah "transisi bahan bakar fosil (minyak dan gas bumi) ke dalam sistem energi dengan cara yanga dil, teratur dan merata." Namun kesepakatan iklim COP28 itu telah menuai kritik luas karena "tidak memasukkan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap"  (theguardian.com, 13 Desember 2023) . Kesulitan dalam mencapai kesepakatan menunjukkan adanya perpecahan yang berkepanjangan antara para pemain utama pada hari terakhir KTT internasional tersebut, ketika para anggota OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak) menentang penargetan bahan bakar fosil. Sumber: Pixabay Dokumen akhir COP28 menyerukan negara-negara untuk berupaya menuju "transisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi" namun gagal mewujudkan seruan "penghentian penggunaan bahan bakar fosil" ( cnbc.com, 12 De...

Hasil Positif dari COP28 Dubai 2023

Gambar
COP28 adalah Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim  (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC)  ke-28, yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab. COP adalah singkatan dari Conference of Parties .  Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tersebut berlangsung dari tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023. KTT ini bertujuan untuk mempercepat aksi global untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri, sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris tahun 2015. Apa maksudnya 1,5°C di atas Tingkat pra-industri? Ada dua versi patokan masa pra-industri. Versi pertama menyebut tahun 1850-1900 dan versi kedua 1720-1800. Masing-punya versi ada argumennya sendiri yang tidak dibahas pada tulisan ini. Sumber: NASA Menurut ilmuwan dari  Goddard Institute for Space Studies (GISS ), NASA, suhu udara sekarang naik 1.1°C (1.9°F) dibanding suhu pra-industri  (nasa.gov) . Berapa suhu pra-industri itu? Tah...

COP28 Dubai 2023: Isu, perdebatan dan Hasil

Gambar
COP28 adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim PBB tahunan ke-28 yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab, dari tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023.  Permasalahan yang dihadapi Tujuan utama KTT ini adalah untuk menilai kemajuan dan meningkatkan ambisi negara-negara dalam mencapai target Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2°C dan mengupayakan cara untuk membatasinya hingga 1,5°C . KTT ini juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan pendanaan iklim, transisi energi, dan solusi berbasis alam. Salah satu isu utama di COP28 adalah masa depan bahan bakar fosil , khususnya minyak dan gas, yang merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca.  Uni Emirat Arab , sebagai negara tuan rumah dan salah satu produsen minyak terbesar dunia, menghadapi kritik atas rencananya untuk memperluas kapasitas produksi minyaknya dan menggunakan perannya sebagai presiden COP untuk mencapai kesepakatan minyak dan gas.  Sekelompok 130 perusahaan besar, bersama...

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir