Postingan

Menampilkan postingan dengan label Nasional

Video Dirty Vote menguak sebuah metafor kekuasaan politik

Gambar
Saya baru saja menonton video dokumenter Dirty Vote. Video itu membuat lebih terang bagi saya bahwa pelanggaran etik pada pemilihan presiden kali ini memang serius. Namun kita tunda dulu pembahasan mengenai etika. Kita lihat dulu beberapa karakter kekuasaan politik yang sampai bisa melahirkan pelanggaran etik itu.  Kekuasaan politik itu dinamis seperti air Saya mulai dengan membuat sebuah metafora alias perumpamaan. Proses-proses sosial, politik dan hukum yang ditunjukkan di dalam Dirty Vote menunjukkan adanya aliran dari kekuasaan politik terkait pemilihan presiden 2024.  Screenshot  Dirty Vote Air selalu mencari jalan untuk mengalir.   Kita tahu air mengalir ke ruang-ruang lebar maupun sempit, tidak peduli ruang itu bersih atau kotor. Aliran air mengikuti gravitasi, sehingga selalu ke bawah. Namun tekanan yang cukup akan menyebabkan air mengalir ke atas dan mencari jalan untuk menyusup ke mana-mana pula. Air juga penting untuk hidup. Tetapi terlalu sedikit da...

Serang pribadi di dalam debat capres dan kekeliruan penalaran "ad hominem"

Gambar
Debat calon presiden pada Minggu 7 Januari 2024 dinilai banyak pihak kurang pantas karena banyak serangan terhadap pribadi. Cara berdebat seperti itu mengandung kekeliruan yang dalam bahasa logika disebut "kekeliruan penalaran"  (logical fallacy). Credit: Infoindonesia.id Saya tidak ingin masuk ke dalam perdebatan tentang siapa menyerang pribadi siapa. Saya cuma mau mengajak pembaca untuk memahami lebih dalam lagi tentang kekeliruan penalaran ini dalam sudut pandang logika.  Perlu diketahui, logika adalah keterampilan berpikir lurus. Suatu pemikiran disebut lurus apabila kesimpulan (consequens) dapat ditarik secara masuk akal dari premis-premisnya (antecedens). Perhatikan silogisme ini: Semua manusia berkaki empat. Joni adalah manusia. Maka Joni berkaki empat. Jelaslah ini cara berpikir yang logis. Namun kenyataannya tidak ada orang (apalagi semua manusia) berkaki empat. Jadi cara berpikirnya lurus, tapi tidak benar alias tidak sesuai kenyataan. Logika bukan soal kebenaran. ...

Kuingat kata Buya: "Di tangan manusia tuna adab dan sesak dada medsos dijadikan sarana untuk mengumbar kebencian... "

Gambar
Buya Syafii Saya tidak mengenal secara mendalam tokoh Muhammadiyah yang bernama Buya Syafii Maarif. Tetapi saya menaruh respek yang mendalam dan mengagumi beliau sebagai seorang tokoh nasional yang menguasai diri dan bijaksana. Ada beberapa petunjuk ke arah itu. Pertama dalam konteks keindonesiaan, yaitu konteks masyarakat yang pluralis, Buya Syafii Maarif menempatkan dirinya sebagai seorang pluralis. Itu terlihat dari Maarif Institute (berdiri tahun 2002) yang bertujuan untuk membahas isu-isu demokrasi, pluralitas, dan dialog antar agama. Beliau juga bahkan menjadi anggota dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila pada tahun 2017. Kedua, Buya Syafii Maarif itu kalau berbicara suaranya meneduhkan, tidak ada ambisi untuk kelihatan hebat. Hanya orang yang rendah hati bisa begitu. Jadi dia tidak bikin heboh, tidak bikin marah-marah, tapi bikin kita berpikir: "Oh iya ya..." Mungkin begitulah cara Buaya menunjukkan kekritisannya. Salah satu yang menarik adalah ringkasan pe...

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir