COP30 di Belem Brazil: 10 tahun pasca Paris Agreement dan agenda krusial
Belém:
Simbol perjuangan di gerbang Amazon
Pemilihan Belém, kota di tepi hutan Amazon, sebagai tuan rumah COP30
adalah pesan simbolis yang kuat. Amazon, sebagai paru-paru dunia, krusial bagi
penyerapan karbon, namun terus terancam oleh deforestasi dan eksploitasi.
Penyelenggaraan COP30 di sini menegaskan bahwa masa depan iklim global terkait
erat dengan nasib ekosistem vital ini. Brasil, di bawah kepemimpinan baru,
berupaya menunjukkan komitmen perlindungan Amazon, meski dilema antara
konservasi dan kebutuhan ekonomi tetap menjadi tantangan besar. COP30 akan
menguji kapasitas Brasil untuk memimpin dengan teladan dalam mencapai
keseimbangan ini.
Global stocktake
dan urgensi tindakan
COP30 menjadi arena penting untuk Global Stocktake kedua, sebuah
evaluasi kolektif komprehensif atas kemajuan dunia dalam mencapai tujuan Paris
Agreement. Dengan hasil Global Stocktake pertama pada COP28 yang
menunjukkan bahwa dunia jauh tertinggal, COP30 akan semakin menekankan urgensi
untuk meningkatkan ambisi dan implementasi. Emisi global masih tinggi, transisi
energi lambat, dan ketidakadilan iklim semakin nyata. Agenda utama di Belém
akan fokus pada bagaimana menutup kesenjangan ambisi dan memastikan negara-negara
benar-benar bergerak dari janji ke tindakan.
Agenda-agenda
penting di COP30: Dari retorika ke aksi nyata
Dalam suasana urgensi yang mendalam di Belém, diskusi tidak lagi
berkisar pada "apakah" tetapi "bagaimana". Beberapa agenda
pembahasan penting akan mendominasi negosiasi:
- Peningkatan ambisi
NDC (Nationally Determined Contributions):
- Isu: Target pengurangan emisi yang diajukan oleh banyak negara (NDC) saat ini masih belum cukup untuk mencapai target 1,5°C.
- Agenda di COP30: Akan ada tekanan besar bagi negara-negara, terutama penghasil emisi terbesar, untuk merevisi dan meningkatkan ambisi NDC mereka secara signifikan sebelum atau saat COP30. Ini termasuk komitmen yang lebih kuat terhadap target net-zero dan pengurangan emisi jangka pendek.
- Realisasi pendanaan
iklim:
- Isu: Janji
negara maju untuk menyediakan USD 100 miliar per tahun kepada negara
berkembang belum sepenuhnya terpenuhi, menyebabkan krisis kepercayaan.
Pendanaan untuk adaptasi juga masih jauh dari memadai.
- Agenda di
COP30: Negosiasi akan fokus pada penyediaan New Collective Quantified
Goal (NCQG) untuk pendanaan iklim pasca-2025 yang jauh lebih besar
dari USD 100 miliar, serta mekanisme implementasi yang transparan dan
dapat diakses. Pembentukan dan operasionalisasi dana Loss and Damage
juga akan menjadi prioritas.
- Akselerasi transisi
energi dari fosil ke terbarukan:
- Isu: Meskipun
ada kesepakatan untuk "transisi menjauh" dari bahan bakar
fosil, laju transisi masih terlalu lambat.
- Agenda di
COP30: Diskusi akan berpusat pada target global yang lebih konkret untuk
tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi
energi pada tahun 2030. Akan ada upaya untuk mendapatkan komitmen yang
lebih jelas mengenai penghapusan subsidi bahan bakar fosil yang tidak
efisien dan batas waktu untuk penghentian penggunaan batubara.
- Perlindungan
dan restorasi ekosistem, khususnya Amazon:
- Isu:
Deforestasi, degradasi lahan, dan hilangnya keanekaragaman hayati terus
mengancam ekosistem vital. Penyelenggaraan di Belém menyoroti Amazon
secara khusus.
- Agenda di
COP30: Akan ada penekanan pada peningkatan komitmen untuk menghentikan
deforestasi, mempromosikan restorasi lahan, dan mengakui peran krusial
masyarakat adat sebagai penjaga hutan. Mekanisme pendanaan untuk
perlindungan hutan dan solusi berbasis alam juga akan dibahas.
- Penguatan adaptasi
dan pembangunan ketahanan:
- Isu: Dampak
perubahan iklim sudah terjadi, dan negara-negara paling rentan
membutuhkan dukungan lebih besar untuk beradaptasi.
- Agenda di
COP30: Negosiasi akan terus membentuk dan mengimplementasikan Global
Goal on Adaptation (GGA), dengan tujuan menetapkan target kuantitatif
dan kualitatif untuk adaptasi, serta mengidentifikasi cara untuk
meningkatkan pendanaan dan dukungan teknis bagi negara-negara berkembang.
- Keadilan iklim
dan partisipasi inklusif:
- Isu: Prinsip common
but differentiated responsibilities sering kali terabaikan, dan suara
masyarakat adat serta generasi muda perlu lebih didengar.
- Agenda di
COP30: Akan ada penekanan pada pertanggungjawaban negara maju atas dampak
historis, dan memastikan bahwa transisi energi tidak meninggalkan siapa
pun. Peran masyarakat sipil, komunitas lokal, dan generasi muda akan
menjadi sentral dalam membentuk kebijakan yang relevan dan adil.
Konsekuensi absennya pemimpin kunci: AS dan China
Kehadiran dan komitmen dari negara-negara dengan emisi terbesar dan
kekuatan ekonomi terbesar adalah fundamental. Absennya para pemimpin kunci,
terutama dari Amerika Serikat dan Tiongkok, dapat menimbulkan konsekuensi
serius bagi efektivitas COP30:
- Hilangnya momentum
diplomatik: AS dan Tiongkok, sebagai dua penghasil emisi terbesar, sering
kali menjadi katalisator bagi terobosan. Tanpa kehadiran langsung pemimpin
mereka, momentum diplomatik untuk mencapai kesepakatan ambisius dapat
terhambat.
- Melemahnya ambisi
global: Ketidakhadiran pemimpin dari kekuatan ekonomi dan emisi terbesar
dapat mengurangi tekanan pada negara-negara lain untuk meningkatkan ambisi
NDC mereka. Hal ini dapat mengikis kepercayaan dan semangat kolektif.
- Hambatan pendanaan
iklim dan transisi energi: Absennya pemimpin AS dapat memperlambat
kemajuan dalam pendanaan iklim, sementara absennya pemimpin Tiongkok dapat
menghambat diskusi mengenai transisi energi global dan kerja sama
teknologi.
- Pergeseran kekuatan
dan ketidakpastian: Ini dapat menciptakan kekosongan kepemimpinan,
mengalihkan fokus dari konsensus global ke negosiasi bilateral, dan
mengirimkan sinyal ketidakpastian mengenai arah kebijakan iklim di masa
depan dari kedua negara tersebut.
Belém sebagai momen penentu
Sepuluh tahun setelah Deklarasi Paris, COP30 di Belém adalah momen
penentu. Dunia tidak bisa lagi sekadar membuat janji. Konferensi ini menuntut
aksi konkret: peningkatan ambisi NDC, realisasi pendanaan iklim yang adil,
akselerasi transisi energi, perlindungan ekosistem vital seperti Amazon, dan
penguatan adaptasi. Dengan tantangan geopolitik dan krisis kepercayaan yang
membayangi, Belém harus menjadi titik balik di mana narasi lokal bertemu dengan
agenda global untuk menghasilkan komitmen yang tak terbantahkan. Apakah kita
akan memilih jalan keberlanjutan dan keadilan, atau menyerah pada krisis iklim
yang semakin parah, akan sangat ditentukan oleh hasil COP30.

Komentar
Posting Komentar