Video Dirty Vote menguak sebuah metafor kekuasaan politik
Saya baru saja menonton video dokumenter Dirty Vote. Video itu membuat lebih terang bagi saya bahwa pelanggaran etik pada pemilihan presiden kali ini memang serius. Namun kita tunda dulu pembahasan mengenai etika. Kita lihat dulu beberapa karakter kekuasaan politik yang sampai bisa melahirkan pelanggaran etik itu.
Kekuasaan politik itu dinamis seperti air
![]() |
Screenshot Dirty Vote |
Nah, kekuatan politik itu cair (fluid) seperti air. Dalam ranah dinamika politik, konsep kekuasaan diwujudkan dalam bentuk kekuatan yang dinamis dan terus mengalir, ibarat air yang tak henti-hentinya bergerak. Fluktuasi kekuasaan ini menunjukkan kesamaan yang menarik antara karakteristik air dan rumitnya lanskap politik. Dengan demikian kita bisa memahami karakteristik kekuasaan politik sebagai berikut.
Sepuluh kemiripan karakteristik politik dengan air
Pertama, kekuasan politik memiliki kemampuan beradaptasi. Sama seperti air yang merembes melalui celah besar dan celah terkecil, dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, kekuatan politik menunjukkan kapasitas luar biasa untuk menavigasi lingkungan yang kompleks, memanfaatkan peluang, dan mengisi kekosongan. Kemampuan beradaptasi ini sangat penting untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan dalam lanskap politik di mana dinamika kekuasaan terus berubah.
Kedua, kekuasaan politik itu meresap ke mana-mana (omnipresence). Seperti keberadaan air yang tersebar luas di berbagai penjuru, kekuatan politik terwujud dalam berbagai bentuk. Bentuknya bisa formal, berada di institusi dan struktur pemerintah, atau informal, beroperasi secara tertutup melalui jaringan dan hubungan. Dengan demikian kekuasaan politik bisa dipertahankan dalam jangka lama.
Ketiga, kekuasaan politik memiliki karakter koersif dan Persuasif. Air, dengan kemampuannya untuk memuaskan dahaga dan menyebabkan banjir yang dahsyat, merupakan perwujudan dari sifat ganda kekuasaan politik. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk kekuatan koersif, menekan perbedaan pendapat dan menegakkan kepatuhan, misalnya dengan kekerasan atau tindakan keras yang disponsori negara.
Namun, kekuasaan juga dapat menunjukkan kekuatan pengaruh yang lebih halus, mirip dengan sifat air yang memelihara dan memberi kehidupan. Strategi persuasi, negosiasi, dan soft power merupakan contoh aspek kekuatan politik ini.
Kempat, ketahanan dan transformasi kekuasaan. Ketika air terus mengalir di berbagai penjuru, bertahan dalam kondisi ekstrem dan mengubah dirinya sebagai respons, kekuatan politik menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan. Ia beradaptasi dengan keadaan yang berubah, mengadaptasi strategi, dan mengembangkan bentuk, menunjukkan kemampuan bawaan untuk bertahan dan berkembang di masa yang penuh gejolak.
Kelima, Perlawanan dan Oposisi. Sama seperti air yang menghadapi hambatan, kekuasaan politik sering kali menghadapi pertentangan dan tantangan. Gerakan sosial, partai politik, dan kelompok kepentingan dapat bertindak sebagai kekuatan penyeimbang, berupaya membatasi jangkauan dan pengaruh struktur kekuasaan yang sudah ada. Interaksi antara kekuasaan dan perlawanan mendorong perubahan politik yang dinamis.
Keenam, penyaluran dan pengendalian. Intervensi manusia dapat memanfaatkan kekuatan air, mengarahkan alirannya melalui bendungan, kanal, dan sistem irigasi. Demikian pula, kekuasaan politik dapat disalurkan dan dikendalikan melalui mekanisme kelembagaan, kerangka hukum, dan sistem pemerintahan. Struktur-struktur ini membentuk distribusi dan pelaksanaan kekuasaan, serta mempengaruhi lanskap politik.
Ketujuh, tarikan gravitasi. Konsep gravitasi politik menjelaskan pengaruh struktur kekuasaan yang ada. Sama seperti gravitasi yang menarik air ke bawah, struktur kekuasaan yang mapan juga dapat memberikan tarikan gravitasi pada hasil politik, sehingga mempengaruhi keputusan dan kebijakan. Efek gravitasi ini dapat menyebabkan ketergantungan jalur dan keberlangsungan dinamika kekuatan yang ada.
Delapan, dinamika geopolitik. Metafora air yang mengalir melawan gravitasi ketika tekanan yang diterapkan cukup relevan dalam konteks dinamika geopolitik. Ketika dihadapkan dengan tekanan eksternal, aliansi, atau pergeseran keseimbangan kekuasaan, negara-negara dan entitas politik mungkin terpaksa menantang hierarki yang sudah ada, menantang status quo. Dinamika ini terlihat jelas dalam perkembangan lanskap geopolitik dan naik turunnya kerajaan-kerajaan sepanjang sejarah.
Kesembilan, kekosongan kekuasaan dan oportunisme politik. Ruang kosong dan kekosongan dalam lanskap politik, mirip dengan kapal kosong yang menunggu air, menarik perhatian para aktor ambisius dan oportunis. Kekosongan kekuasaan ini sering kali muncul akibat peralihan kekuasaan, pergolakan masyarakat, atau jatuhnya rezim yang ada. Pengusaha politik dan calon pemimpin dapat memanfaatkan ruang-ruang ini untuk membangun atau memperluas pengaruh mereka.
Kesepuluh, kekuasaan politik seperti pedang bermata dua. Sama seperti kemampuan air untuk menopang kehidupan dan menyebabkan kehancuran, kekuatan politik dapat menjadi pedang bermata dua. Hal ini mempunyai potensi untuk memajukan kemajuan, mendorong pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, hal ini juga dapat menyebabkan penindasan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang. Mencapai keseimbangan antara kecenderungan-kecenderungan yang berlawanan ini merupakan tantangan yang terus-menerus dalam tata kelola politik.
Metafora kekuasaan politik sebagai air memberikan kerangka kerja yang menarik untuk memahami dinamika hubungan kekuasaan. Fluditas kekuasaan politik mudah ditemukan, dikejar, disenangi dan ditakuti. Seperti halnya air kekuasaan politik merupakan fenomena kompleks dan selalu berubah. Kekuasaan politik membentuk jalannya sejarah mansuia.
Barangkali fluiditas yang tampak natural inilah yang mendorong terjadinya pelanggaran etik, hukum dan hak azasi manusia. Orang beranggapan wajarlah kekuasaan mencari jalan dan penyalurannya.
Komentar
Posting Komentar