Hari Bumi ke-53: Kita masih sibuk menumbuhkan kesadaran publik dan kemauan politik

Hari Bumi (Earth Day) sudah diperingati selama lebih dari setengah abad. Menurut situs earthday.org setiap tahun lebih dari 1 miliar orang dari 190 negara lebih dimobilisasi dalam peringatan Hari Bumi. 

Itu sebuah angka partisipasi yang sangat besar, 40.5% dari total penduduk bumi. Angka itu menimbulkan rasa optimis yang besar bahwa masalah bumi, terutama pemanasan global, akan bisa diatasi.

Disadarkan oleh Silent Spring

Hari Bumi pertama ditetapkan pada 22 April 1970 sebagai hari lahir gerakan lingkungan modern. Aktivitas-aktivitas menuju ke penetapan hari penting itu sudah dilakukan sejak 1960an.  Tahun 1962 Rachel Carson menerbitkan buku berjudul Silent Spring. Buku itu menjadi best seller di 24 negara.

Namun yang terpenting adalah efek dari buku itu. Mayoritas orang Amerika (mungkin juga di seluruh dunia) pada waktu itu tidak sadar akan hubungan antara polusi dengan kesehatan.  Padahal kemajuan industri menimbulkan polusi besar.

Buku Rachel Carson berhasil menumbuhkan kesadaran dan kepedulian akan makhluk hidup, lingkungan dan hubungan yang erat antara polusi dan kesehatan umum. Hari Bumi pertama menyuarakan kesadaran itu dan membawa keprihatinan lingkungan ke panggung depan.

Gerakan-gerakan menuju Hari Bumi I dan buah-buahnya

Adalah senator muda dari Wisdonsin bernama Gaylord Neslon yang memiliki kepedulian pada masalah lingkungan dan pada 1969 melihat tumpahan minyak dalam volume besar di Santa Barbara, California. Pada waktu itu di kalangan muda juga tumbuh sentimen anti-perang.

Senator Nelson mencoba menyalurkan energi anti-perang ke isu lingkungan, khususnya masalah polusi udara dan air. Didukung oleh anggota Kongres Pete McCloskey ditetapkanlah 22 April sebagai hari mengajar tentang isu lingkungan di kampus-kampus.

Mereka berdua kemudian merekrut anak muda bernama Denis Hayes untuk mengorganisir gerakan mengajar tersebut. Di bawah Hayes gerakan berkembang pesat dan berhasil menarik perhatian 10% penduduk Amerika waktu itu (sekitar 20 juta jiwa).

Setelah mendapat perhatian besar dari publik "Hari mengajar" diubah namanya menjadi "Hari Bumi" (Earth Day). Dukungan mengalir dari berbagai pihak, organisasi, perguruan tinggi, Gereja, dan indidvidu. 

Isu yang mengemuka rupanya meluas seperti meliputi tumpahan minyak, pabrik-pabrik dan pembangkit listrik yang mencemari, limbah mentah, tempat pembuangan sampah beracun, pestisida, jalan bebas hambatan, hilangnya hutan belantara dan kepunahan satwa liar. Semua pihak yang tadinya berjuang sendiri-sendiri, bersatu pada Hari Bumi di sekitar nilai-nilai lingkungan bersama.

Hari Bumi I mendorong dibentuknya Lembaga Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency), Undang-undang Pendidikan Lingkungan (Environmental Education Act), dan Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health Act). Kemudian ditetapkan Undang-undang tentang Air Bersih (Clean Water Act), disusul Undang-undang tentang Spesies yang Terancam Punah (Endangered Species Act) dan Undang-undang Federal tentang Insektisida, Fungisida, dan Rodentisida (Federal Insecticide, Fungiside, and Rodenticide Act).

Hari Bumi Go Global

Dua puluh tahun kemudian tepatnya tahun 1990 Denis Hayes memperluas cakupan kampanye lingkungan ke luar negeri. Hari Bumi tahun itu diikuti oleh 140 negara dengan jumlah partisipan individu mencapai 200 juta orang. 

Tahun 1992 diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brazil. Penyelenggaran KTT tersebut tidak bisa dilepaskan dari gerakan hari bumi Global yang dimulai tahun 1990.

Menggemakan Isu Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Pada awal millenium kedua fokus kampanye lingkungan dialihkan kepada isu pemanasan global dan perubahan iklim. Hari Bumi ke-30 diselenggarakan tahun 2000. Momen millenium tersebut diikuti 184 negara dan 5000 organisasi lingkungan. 

Pesan pokok yang disampaikan kepada para pemimpin negara dan dunia adalah: "Segeralah mengambil tindakan yang tegas mengenai pemasan global dan energi yang bersih" (earthday.org).

Tetapi 10 tahun kemudian (2010) gerakan lingkungan masih harus berhadapan dengan tantangan dan penolakan berupa sikap sinis yang datang dari pihak yang menolak isu perubahan iklim (climate change deniers), pelobi minyak bumi yang dibiayai tinggi, politisi yang diam, publik yang tidak tertarik, dan komunitas lingkungan yang terpecah dengan kekuatan kolektif aktivisme lingkungan global.

Hari Bumi hari ini

Hari ini kita memperingati hari Bumi yang ke-53 di mana denials, cynicism, dan ketidakpedulian berbagai pihak di negeri ini terhadap isu lingkungan masih terlihat dengan jelas. 

Tetapi tentu saja ada tanda-tanda yang positif. Tingkat deforestasi, misalnya, telah mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut (2018-2020) menurut berita Deutschewelle (dw.com, 4/6/2020). KLHK merilis info bahwa terjadi penurunan deforestasi bruto sebesar 5,6% tahun 2018-2019, walaupun deforestasi netto naik 5,2%.

Deforestasi bruto adalah tingkat deforestasi di dalam dan di luar kawasan hutan yang belum dikurangi dengan tingkat reforestasi. Persoalannya, belum ada angka yang pasti mengenai tingkat reforestasi di Indonesia.

Isu lingkungan memiliki banyak segi dan terlalu kompleks untuk dibahas secara rinci. Namun satu harapan kita, publik makin sadar dan peduli, para politisi dan pengusaha makin memiliki kemauan politik pro-lingkungan yang jelas dan konsisten.

Sumber: earthday.org, forestdigest.com, dw.com/id. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Etnografi Borneo: Membangun Pemahaman tentang Keberagaman Kalimantan

Argumen antropologis pentingnya warga Balik dan Paser di IKN tetap hidup berkomunitas

Rumpun Dayak ini pernah punya usulan nama IKN dan gedung-gedung penting

Speedboat ke pedalaman Mahakam

Speedboat ke pedalaman Mahakam
Martinus Nanang di dermaga Samarinda Ilir